Judul Buku :
Aleph
Judul Asli : O Aleph (Bahasa: Portugis)
Judul Asli : O Aleph (Bahasa: Portugis)
Penulis : Paulo Coelho
Penterjemah : Margaret Jull Costa (Bahasa Inggris)
Genre : Novel
Penerbit : Alfred A Knoff
Tahun terbit : 2011
Halaman : 288
eISBN : 978-0-307-95701-6
Rating saya : 4/5
Pernahkah kau merasa ‘mandeg’ (stagnan, diam di tempat dan tidak dapat maju)? Lalu, adakah lahir tanya apakah memang jalan hidup sudah disuratkan cukup sampai titik ini, dan kemudian tanya itu terus menjadi: haruskah menerima begitu saja dan berhenti atau terus
‘memaksakan keberuntungan’ untuk terus tumbuh?
Saya yakin bahwa tanya itu adalah keresahan entah berapa banyak mausia lain, dan Coelho adalah salah
satunya. Lewat memoarnya, ia pun membagikan kisahnya dalam menjawab keresahan
itu lewat sebuah perjalanan.
Memoar Perjalanan Sang Penulis
Setelah 24 tahun menekuni
tradisi spiritual, Coelho menemukan kebuntuan. Segala upayanya bagai tanpa
hasil, dan ia mulai menyangsikan jalan yang ia pilih. Pada saat itulah J, sang
guru spiritual, menyarankan agar ia merebut kembali ‘kerajaannya’ dengan sekali
lagi mempercayai tanda-tanda yang diberikan semesta lewat sebuah peziarahan.
Salah satu pertanda pun datang
pada sebuah pesta. Coelho dan istrinya bertemu dengan seorang cenayang yang
meramalkan bahwa Celho harus melakukan peziarahan menuju “Jiwa Turki” dan akan
menumpahkan darah di sana. Menganggap ramalan itu angin lalu, Coelho pun sempat
melupakannya, namun ia tidak lupa akan saran untuk melakukan peziarahan. Kali
ini, Coelho berhasil meyakinkan pihak penerbitnya untuk mempromosikan buku
barunya melintasi jalur kereta api trans-Siberia yang membelah Rusia sejauh
9.288 km dan melintasi 7 wilayah waktu yang berbeda.
Saat singgah di sebuah kota,
Coelho bertemu dengan Hilal, seorang gadis Turki pemain biola berbakat yang
bersikukuh ingin menemaninya melintas Rusia. Awalnya Coelho menolak keberadaan
Hilal; namun, di atas kereta trans-siberia itulah ia berhasil menemukan Aleph,
yakni saat seluruh ruang dan waktu dalam semesta menyatu, dalam sorot mata
hijau Hilal.
Sejak saat itu, pandangan
Coelho terhadap Hilal berubah. Perlahan ia sadar bahwa mereka pernah bertemu di
inkarnasi sebelumnya, ketika Coelho membunuh Hilal. Dihantui perasaan
bersalah, Coelho pun mencoba untuk meminta pengampunan Hilal yang buta akan apa
yang terjadi pada inkarnasi sebelumnya.
Akankah Hilal mengampuni Coelho,
atau akankah darahnya tertumpah dalam perjalanannya menuju Hilal, si Jiwa Turki?
Menurut saya, bukan jawaban dari pertanyaan ini yang menarik, tapi perjalanan
batin untuk sampai di sanalah yang lebih sarat makna.
Perjalanan
: Menghidupi Legenda Pribadi
Hidup adalah sebuah perjalanan:
mengalir dari satu tempat menuju tempat lain, dari satu keadaan menuju keadaan
lain. Perjalanan pun tak melulu bicara soal ranah fisik, tetapi juga spiritual.
Tema perjalanan paralel di
ranah fisik dan spiritual inilah yang terasa kental dalam buku ini. Lewat novel
yang sebenarnya adalah memoar kisah nyata ini, Coelho seolah hendak berpesan bahwa
untuk sampai pada satu titik kita harus berani melangkah, dan percaya semesta
akan mempertemukan kita dengan sosok dan hal yang kita perlukan ketika kita
berani mengambil keputusan.
Dengan kata lain, untuk
menciptakan legenda pribadi kita harus berani mengambil tindakan, dan terus
bertanya, “Apakah saya sudah melakukan apa yang perlu dilakukan untuk tumbuh?”
Sekeping kisah tentang ‘tumbuh’
inilah yang menjadi bagian favorit saya di buku ini. Di tengah frustasi yang
menderanya, Coelho secara tidak sengaja menemukan sebuah artikel tentang bambu
Cina. Tahukah Anda? Bambu Cina menghabiskan lima tahun sebagai tunas kecil demi
menumbuhkan akar yang kuat. Lalu, saat ia telah siap, dalam sekejap tunas kecil
itu dapat tumbuh hingga 25 meter tingginya. Ya, bambu Cina itu tahu bahwa
perjalanannya berbeda dengan flora lain: karena “perjalanan untuk tumbuh” itu
unik dari pribadi lepas pribadi.
Satu hal lagi tentang bambu
Cina yang begitu mengesan. Ibarat bambu Cina, “akarku sudah siap, tapi aku
hanya dapat tumbuh dengan bantuan orang lain,” dan untuk itu beranilah untuk
menjalani dan menghidup legenda pribadimu sambil tetap percaya Tuhan telah
menyiapkan apa yang kita butuhkan di sepanjang perjalanan.
Untuk sobat yang merasa ‘stuck’
alias terjebak bagai tidak dapat tumbuh lebih lagi, saya sarankan membaca buku
ini.
Salamat menikmati perjalanan.
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar